font

http://khoirulfaiq.blogspot.com

Laman

Sabtu, 14 Januari 2012

Konsep Dasar Manajemen Keuangan

Oleh: Khoirul Faiq

Pendahuluan

Dalam tiga dekade terakhir ini, ilmu manajemen keuangan telah berkembang pesat. Perkembangan ini dimulai pada tahun 1951, sebagaimana ditulis dalam bukunya Joel Dean  Capital Budgeting.

Kemudian pada dekade tahun 1970, Markowitz, Sharpe, dan Linter melakukan pembauran dalam penilaian dasar resiko dan hasil berdasarkan Konsep Teori Portofolio.

Pertumbuhan ilmu manejemen keuangan terus berlanjut dengan munculnya inovasi baru dalam pembiayaan seperti Leasing, dan pertumbuhan perusahaan secara eksternal melalui konglomerasi, merger, dan akuisisi.

Secara keseluruhan ilmu manajemen keuangan telah muncul dari suatu studi yang bersifat deskriptif tentang pendekatan pengelolaan operasional perusahaan ke arah konsepsi teoritis perusahaan dalam lingkungan yang dinamis dan dalam kondisi yang penuh ketidakpastian.


1.    Manajemen Keuangan

Teori-teori keuangan di bidang keuangan perusahaan memiliki satu fokus: bagaimana memaksimumkan kemukmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan (wealth of the shareholders)? Tujuan normatif ini dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan (market value of the firm) dengan asumsi bahwa pemegang saham akan makmur jika kantongnya bertambah tebal. Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut: nilai perusahaan (V = value) adalah hutang (D = debt ) ditambah modal sendiri (E = Equity). Jika hutang diasumsikan tetap, nilai perusahaan naik maka modal sendiri akan naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan. Jika harga per lembar saham naik, pemegang saham akan senang karena bertambah makmur.

Memaksimumkan harga saham tidak sama dengan memaksimumkan keuntungan (profit) perusahaan. Jika sekedar ingin meningkatkan keuntungan perusahaan, manajemen perusahaan dapat menerbitkan saham baru untuk memperoleh tambahan dana yang kemudian diinvestasikan untuk mendapatkan tambahan keuntungan. Tapi jika keuntungan tambahan yang diperoleh lebih rendah, penghasilan per lembar saham justru akan menurun. Sebagaimana contoh berikut:

Misalkan sebuah perusahaan dengan 1 juta lembar saham beredar memiliki keuntungan bersih (net income) sebesar Rp 100 juta. Penghasilan per lembar saham (EPS atau earnings per share) adalah RP 100 juta dibagi 1 juta lembar atau Rp 100,-. Diterbitkan saham baru sebanyak 1 juta lembar, dana dari saham baru ini diinvestasikan dan menghasilkan keuntungan bersih hanya Rp 50 juta. Total keuntungan bersih meningkat dari Rp 100 juta menjadi Rp 150 juta, tetapi EPS justru turun menjadi Rp 150 juta dibagi 2 juta lembar saham, atau Rp 75,-.

Last but not lesast, tujuan maksimumkan keuntungan akan mendorong manajemen perusahaan memilih proyek-proyek yang menjanjikan keuntungan besar. Proyek-proyek semacam ini biasanya mengandung resiko yang besar pula. Contoh sederhana: bank yang tidak terkenal pasti menawarkan suku bunga tabunga yang jauh lebih tinggi daripada bank yang terkenal baik dan aman. Untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tidak hanya keuntungan yang diperhatikan, tetapi juga faktor resiko.

2.    Prinsip Keuangan 

Prinsip-prinsip keuangan terdiri atas himpunan pendapat-pendapat yang fundamental yang membentuk dasar untuk teori keuangan dan pembuatan keputusan. Diantara prinsip-prinsip itu adalah:
           - Prinsip “Self Interest Behavior”
Prinsip ini mengatakan: Orang akan memilih tindakan yang memberikan keuntungan (secara keuangan) yang terbaik bagi dirinya (people ack in their own financial self interest).
           - Prinsip “Risk Aversion”
Prinsip ini mengatakan: Orang akan memilih alternatif dengan rasio keuntungan (return) dan resiko (risk) terbesar (when all else is aqual, people frefer higher return and lower risk).
           - Prinsip “Deversification”
Prinsip ini mengatakan: Tindakan deversifikasi adalah menguntungkan karena dapat meningkatkan rasio antara keuntungan dan resiko (deversification is beneficial).
           - Prinsip “Two Sided Transactions”
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa dalam mempelajari dan membuat keputusan keuangan kita tidak hanya melihat dari satu sisi kita saja, tetapi juga melihat dari sisi lawan transaksi kita (each financial transaction has at least two side).
           - Prinsip “Incremental Benefit”
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa keputusan keuangan harus didasarkan pada selisih antara nilai dengan suatu alternatif dan nilai tanpa alternatif tersebut (financial decisions are based on incremental benefit).
           - Prinsip “Signaling”
Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi (actions convey information).
           - Prinsip “Capital Market Effeciency”
Prinsip ini mengatakan: capital market atau pasar modal yang efesien adalah pasar modal dimana harga aktiva finansial yang diperjul-belikan mencerminkan seluruh informasi yang ada dan dapat menyesuaikan diri secara cepat terhadap informasi baru (capital market are effecient).
           - Prinsip “Risk-Return Trade-Off”
Prinsip ini mengatakan: Orang menyukai keuntungan tinggi dengan resiko rendah (prinsip Risk Aversion) (there is a trade-off betwen risk and return).
    Prinsip “Option”
Prinsip ini mengatakan: Option atau opsi adalah suatu hak tanpa kewajiban untuk melakukan sesuatu (Option is valuable).
           - Prinsip “Time Value Of Money”
Prinsip ini mengajarkan bahwa uang Rp 100,- yang kita terima hari ini tidak sama nilainya dengan uang Rp 100,- yang kita terima bulan depan (time has a time value).

3.    Teori Evolusi Keuangan

Secara umum, pasar modal sempurna memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) tidak ada biaya transaksi, (2) tidak ada pajak, (3) ada cukup banyak pembeli dan penjual, (4) baik individu maupun perusahaan memiliki kemampuan yang sama dalam akses ke akses pasar, (5) tidak ada biaya informasi sehingga setiap orang memiliki informasi yang sama, (6) setiap orang memiliki harapan yang sama, dan (7) tidak ada biaya yang berhubungan dengan hal kesulitan keuangan.

Jelas bahwa tidak semua asumsi tersebut berlaku pada dunia nyata. Ada pajak dan biaya transaksi, manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaannya daripada investor luar. Namun demikian, suatu teori hendaknya dinilai dari realitas, seberapa konsisten teori tersebut dengan perilaku yang aktual. Jika teori tersebut cukup masuk akal dan konsisten dengan perilaku aktual, maka teori tersebut secara umum dapat diterima sampai muncul teori baru yang lebih baik. Terkadang satu persatu asumsi tersebut dilonggarkan untuk melihat efek setiap asumsi terhadap hasil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar