font

http://khoirulfaiq.blogspot.com

Laman

Minggu, 15 Januari 2012

IJARAH

 
Oleh: Khoirul Faiq

A.    Pengertian 
 
       Lafal ijarah secara etimologi berasal dari kata al-ajru yang arti bahasanya adalah al-iwadh yang dalam bahasa indonesia mempunyai arti ganti atau upah. Dalam pengertian lain ijarah berarti upah, sewa, jasa, atau imbalan. Sedangkan secara terminology ijarah adalah:
 
         - Menurut Ulama’ Hanafiyah

عَقْدٌعَلىَ مَنَا فِعِ بِعَوْضٍ
Artinya: Transaksi terhadap suatu manfaat dengan fee atau imbalan. 
         - Menurut Ulama’ Syafi’iyah
عَقْدٌ عَلىَ مَنْفَعَةٍ مَقْصُوْدَةٍ مَعْلُوْمَةٍ مُباَحَةٍ قَبِلَةٍ لِلْبَدَلٍ وَاْلأِبَاحَةٍ بِعَوْضٍ مَعْلُوْمٍ
Artinya:  Transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.  
         - Menurut Muhammad Al-Syarbini al-khatib
تَمْلِيْكُ مَنْفَعَةٍ بِعِوَ ضٍ بِشُرُوْطٍ
Artinya: Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.  
B.    Dasar Hukum Akad Ijarah. 
Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi SAW. bersabda:

..........مَنِ اسْتَأْجَرَ أَجِيْرًا فَلْيُعْلِمْهُ أَجْرَهُ.
Artinya: Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya. (H.R. Abd ar-Razzaq)
أُعُطُو اْالأَجِيْرَأَجْرَهُ قَبْلَ اَنْ يَجِفُ عُرُقُهُ
Artinyan: Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya kering. (H.R.  Ibnu Majah)

كُنَّا نُكْرِي اْلأَرْضَ بِمَا عَلَى السَّوَاقِيْ مِنَ الزَّرْعِ وَمَاسَعِدَ بِالْمَاءِ مِنْهَا، فَنَهَانَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ وَأَمَرَنَا أَنْ نُكْرِيَهَا بِذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ.
Artinya: “Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”(H.R. Ahmad dan Abu Daud)
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: احتجم رسول الله صلى الله عليه وسلم واعطى الحجام أجره, ولو علمه خبيثا لم يعطه. (رواه البخاري وابو داود)
Artinya: Dari Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbekam dan memberikan upah tukang bekam itu, dan sekiranya upah profesi bekam itu buruk maka niscaya beliau tidak akan memberikannya. (H.R. Bukhari dan Abu Daud)

أَنَ رَسُوْلُ للهِ صَلىَ لله ُعَلَيْهِ وَسَلَمَ اِحْتَجِمْ وَاَعْطِ الحُجَامَ أَجْرَهُ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya: Bahwa  Rasululah SAW bersabda: “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

عن ابي سعيد رضي الله عنه قال: نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن استعجار الأ جير حتى يبين له أجره, وعن النجش واللمس, وألقاء الحجر". رواه ابن أحمد.
Artinya: Dari Abu Sa’id  radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk mengangkat seorang pekerja sampai upahnya dijelaskan terlebih dahulu, beliau juga melarang jual beli dengan cara an-Najasy, al-Lams, dan dengan cara melempar batu. (H.R. Ibnu Majah)

C.    Rukun Al-Ijarah 
 
       a.    Mu’jir ( yang memberikan upah dan yang menyewakan)
       b.    Musta’jir (orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu)
       c.    Shighat (ijab dan qabul)
       d.    Upah (ujrah) dan manfaat.
 
D.    Syarat Manfaat Sewa (baik sewa barang maupun orang) 
       a.    Manfaat dapat diketahui secara rinci
       b.    Manfaat dapat disediakan secara nyata
       c.    Manfaat yang disewa dibolehkan syariah
       d.    Manfaat yang disewa harus dapat dinilai harganya
       e.    Manfaat yang disewa bukan pekerjaan wajib/fardhu yang memang wajib dilakukan penyewa
       f.    Barang disewa tidak cacat yang mencegah pemanfaatannya
 
E.    Syarat Ujrah (fee atau bayaran sewa) 
       a.    Harus termasuk dari harta yang halal
       b.    Harus diketahui jenis, macam dan satuannya
       c.    Tidak boleh dari jenis yang sama dengan manfaat yang akan disewa
 
Kebanyakan ulama membolehkan fee ijarah bukan dengan uang tetapi dalam bentuk jasa (manfaat lain). Misalnya membayar sewa mobil 1 minggu dengan mengajar anaknya matematika selama 1 bulan 8 Kali pertemuan.
 
F.    Syarat-syarat Al-Ijarah 
       a.    mu’jir dan musta’jir harus baligh dan berakal
       b.    kedua belah pihak harus sama-sama ikhlas menjalankan akad tersebut
       c.    musta’jir harus benar-benar memiliki barang yang mau disewakan
       d.   manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lamanya penyewaan sehingga tidak menimbulkan uncertainty dikemudian hari
    e. larangan menyewakan harta yang hilang atau dicuri orang lain yang  tidak diketahui keberadaannya.
       f.    Dan larangan menyewa perempuan yang lagi haid untuk menyapu masjid, dll.
 
G.    Sifat Akad Al-Ijarah 
       a.   Menurut Ulama Hanafiyah
 
Akad ijarah bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur atau halangan dari salah satu pihak yang berakad, seperti wafat atau kehilangan kecakapan dalam bertindak hukum, hal itu terjadi karena manfaat tidak boleh diwariskan.
 
       b.   Menurut Jumhur Ulama
 
Akad ijarah bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh dimanfaatkan, jumhur juga berpendapat bahwa manfaat boleh diwariskan karena termasuk harta (al-mal), sehingga apabila salah satu wafat tidak akan membatalkan akad ijarah tersebut.
 
H.    Macam-macam Al-ijarah 
Macam-macam akad ijarah dilihat dari segi objeknya menurut ulama fiqh ada dua macam, yaitu:
 
       a.    Bersifat manfaat
 
Apablia manfaat itu merupakan manfaat yang diperbolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama fiqh menyatakan boleh dijadikan sebagai objek sewa-menyewa, misalkan sewa rumah, toko, dan kendaraan.
 
       b.    Bersifat pekerjaan (jasa)
 
Dengan cara menyewa orang untuk melakukan suatu pekerjaan, menurut para ulama fiqh hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, mislkan buruh bangunan, tukang jahit, dan buruh pabrik.
 
I.    Menyewakan Barang Sewaan 
Musta’jir diperbolehkan menyewakan lagi barang sewaan kepada orang lain dengan syarat penggunaan barang itu sesuai dengan penggunaan yang dijanjikan ketika akad, seperti menyewa seekor kerbau, ketika dalam akad dinyatakan bahwa kerbau itu disewa untuk membajak sawah, kemudian kerbau tersebut disewakan lagi dan timbul musta’jir yang kedua, maka kerbau itu pun harus digunakan untuk membajak sawah pula.
 
Apabila ada kerusakan pada benda yang disewa, maka yang bertanggung jawab adalah mu’jir jikalau kerusakan itu disebabkan bukan dari kelalaian musta’jir.
 
Apabila kecelakaan atau kerusakan itu disebabkan oleh kelalaian musta’jir maka yang bertanggung jawab adalah musta’jir itu sendiri.
 
J.    Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Ijarah 
         - Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa:
 
       a.    Menyediakan aset yang disewakan.
       b.    Menanggung biaya pemeliharaan aset.
       c.    Menjamin  bila terdapat cacat pada aset yang disewakan.
 
         - Kewajiban nasabah sebagai penyewa:
 
       a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak.
           b.  Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan (tidak materiil).
         c.  Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
 
K.    Berakhirnya Akad Ijarah 
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad ijarah akan berakhir apabila:
       a.    Apabila objek itu hilang atau rusak, seperti rumah terbakar, dll
      b.   Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah habis. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewakan itu jasa maka ia berhak mendapatkan upahnya. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.
      c.    Apabila salah satu dari kedua belah pihak ada yang wafat atau sudah tidak mampu berbuat hukum.
 
L.    Aplikasi dalam Perbankan 
Jika diterapkan dalam perbankan syariah, maka bank syariah bertindak selaku mu’jir (pemberi sewa) dan nasabah selaku penyewa (mustakjir).
 
Dalam praktek perbankan syariah tahapan ideal ijarah ialah:
       a.    Nasabah datang ke bank syari’ah untuk mengajukan pembiyaan ijarah.
       b.    Bank membeli atau menyewa asset yang dibutuhkan nasabah kepada supplier.
       c.    Bank membuat perjanjian ijarah dengan nasabah untuk jangka waktu, tarif ijarah,  dan objek ijarah. Setelah disepakati maka akad pembiyaan ijarah ditandatangani, dan nasabah menyerahkan jaminan kepada bank. Dan kemudian bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai dengan akad yang disepakati.
       d.    Di akhir masa sewa, nasabah mengembalikan asset tersebut kepada bank.
 
M. Daftar Pustaka

Abdurrauf, Buku Daras Hadits Ekonomi, jakarta, 2009
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalat, PT GRAFINDO PERSADA, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar