font

http://khoirulfaiq.blogspot.com

Laman

Selasa, 16 April 2013

STIGMA NEGATIF PENDIDIKAN PESANTREN

Oleh: Khoirul Faiq

Sejarah panjang pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari yang namanya Pesantran, karena Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan asli Nusantara. Perjalanan Pesantren dari awal munculnya di Republik ini sampai sekarang sangat panjang (sangat lama). Perubahan dan perkembangan zaman ternyata tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap ciri khas Pesantren-pesantren yang selalu mengedepankan ilmu-ilmu agama (Islam).
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pesantren adalah wadah mencari ilmu yang berbasis agama, mencetak kader-kader ulama’, dan mempertahankan tradisi, tapi tidak mengesampingkan ilmu-ilmu umum bagi sebagian Pesantren yang kita kenal dengan istilah Pesantren Salaf dan Pesantren Modern.

Sebagian orang menganggap bahwa Pesantren merupakan lembaga yang kurang bersaing (bagus) dalam hal mencari kerja dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum (SMA, SMK, dan STM di luar Pesantren), karena Pesantren hanya fokus terhadap ilmu-ilmu agama saja. Mereka juga menganggap bahwa siswa yang menempa ilmu di Pesantren, pada ahkirnya hanya akan menjadi seorang penceramah, ustad, da’i, dll. Sungguh naif memang anggapan orang-orang seperti ini. Akan tetapi hal ini tidak menyusutkan dan bahkan tidak sama sekali mengurangi semangat, tekad, dan keinginan kita yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren untuk menjadi pribadi yang handal dan punya skill di berbagai lini ilmu pengetahuan.
Berdasarkan fakta dan realita yang terjadi, sekitar satu dekade terahir ternyata Pesantren tidak seperti anggapan orang-orang tersebut. Siswa dan mahasiswa yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren ternyata banyak yang bisa melanjutkan kuliah di kampus-kampus ternama di Negeri ini (IAIN-SA, UI, UGM, Unibraw, UIN SUKA, UIN Syarif, UIN Bandung, UNAS, UMJ, UNJ, Jayabaya, Univ. Brobudur, ITB, IPB, dll), bahkan mereka bisa bekerja di berbagai perusahaan ternama. Salah satu contoh yang paling dekat dengan kita adalah Rektor IAIN-Sunan Ampel (Kh. Abdul A’la) periode sekarang, beliau adalah salah satu keturunan kiai di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Latee di Sumenep Madura, dimana beliau mengenyam pendidikan di Pesantren sejak kecil.
Tidak berhenti di situ, beberapa tahun terahir banyak sekali bermunculan berbagai organisasi yang berbasis kepesantrenan, misalnya: Ikatan Alumni Annuqayah Surabaya (IAA Surabaya), Ikatan Alumni Annuqayah Jogjakarta (IAA Jogjakarta), Ikatan Alumni Annuqayah Jabodetabek-Banten (IAA Jabodetabek-Banten), Forum Komunikasi Santri Banyuanyar Jakarta (FKSM Jakarta), dan Ikatan Mahasiswa Bata-bata Jakarta (IMABA Jakarta) yang mana mempunyai andil yang cukup signifikan dalam program kerja mereka terhadap kemajuan bangsa ini pada umumnya.
Dalam dunia Perbankan Syari’ah mislanya kita mengenal yang namanya DPS (Dewan Pengawas Syari’ah) yang mana berfungsi untuk mengontrol dan menjaga kerja dan kinerja Perbankan Syari’ah agar terhindar dari transaksi-transaksi yang dilarang oleh Agama Islam yang berimplikasi pada hasil yang halal dan dominan dari perusahan tersebut. Begitupun dengan Asuransi Syari’ah, Lembaga Keuangan Non-Bank, Sukuk (saham syari’ah), BMT, dan BPRS yang menggunakan jasa DPS, yang mana ini diatur oleh DSN-MUI (Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama Indonesia).
Dengan demikian peluang mereka (siswa/i dan mahasiswa/i) yang pernah belajar di pesantren sangat besar sekarang, karena dalam dunia Perbankan, Asuransi, Lembaga Keuangan Non-bank, Bursa Saham, dan institusi-instistusi yang berkaitan dengan keislaman lain (Kementrian Agama, KUA, MUI, dll) saat ini membutuhkan orang-orang yang mempunyai skill atau pengetahuan dalam bidang hukum (hukum islam) untuk diserap ke dalam institusi-institusi tersebut. Artinya, jawaban yang paling pas untuk mengisi sektor-sektor tersbut adalah siswa dan mahasiswa yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren, karena siswa dan mahasiswa yang tidak pernah mengenyam pendidikan Pesantren kurang pas dan bahkan tidak akan mampu untuk bekerja di lembaga-lembaga tersebut, itu disebabkan tidak adanya basic ilmu pengetahuan agama yang mendalam.
Dengan demikian berdasarkan fakta-fakta yang saya paparkan di atas terkait dengan stigma-stigma jelek tentang Pesantren bisa terhapuskan dengan sendirinya, karena Pesantren merupakan tempat yang paling ideal dan komplit dalam mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Disamping itu kita juga di ajarkan tentang berbagai kecerdasan IQ, EQ, dan SQ yang tidak bisa di dapatkan di dunia selain Pesantren.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar