STIGMA NEGATIF PENDIDIKAN PESANTREN
Oleh: Khoirul Faiq
Sejarah panjang pendidikan Islam di Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari yang namanya Pesantran, karena Pesantren adalah
salah satu lembaga pendidikan asli Nusantara. Perjalanan Pesantren dari awal
munculnya di Republik ini sampai sekarang sangat panjang (sangat lama).
Perubahan dan perkembangan zaman ternyata tidak mempunyai dampak yang
signifikan terhadap ciri khas Pesantren-pesantren yang selalu mengedepankan
ilmu-ilmu agama (Islam).
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pesantren
adalah wadah mencari ilmu yang berbasis agama, mencetak kader-kader ulama’, dan
mempertahankan tradisi, tapi tidak mengesampingkan ilmu-ilmu umum bagi sebagian
Pesantren yang kita kenal dengan istilah Pesantren Salaf dan Pesantren Modern.
Sebagian orang menganggap bahwa Pesantren
merupakan lembaga yang kurang bersaing (bagus) dalam hal mencari kerja
dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum (SMA, SMK, dan STM di luar Pesantren),
karena Pesantren hanya fokus terhadap ilmu-ilmu agama saja. Mereka juga
menganggap bahwa siswa yang menempa ilmu di Pesantren, pada ahkirnya hanya akan
menjadi seorang penceramah, ustad, da’i, dll. Sungguh naif memang anggapan
orang-orang seperti ini. Akan tetapi hal ini tidak menyusutkan dan bahkan tidak
sama sekali mengurangi semangat, tekad, dan keinginan kita yang pernah
mengenyam pendidikan di Pesantren untuk menjadi pribadi yang handal dan punya
skill di berbagai lini ilmu pengetahuan.
Berdasarkan
fakta dan realita yang terjadi, sekitar satu dekade terahir ternyata Pesantren tidak
seperti anggapan orang-orang tersebut. Siswa dan mahasiswa yang pernah
mengenyam pendidikan di Pesantren ternyata banyak yang bisa melanjutkan kuliah di
kampus-kampus ternama di Negeri ini (IAIN-SA, UI, UGM, Unibraw, UIN SUKA, UIN
Syarif, UIN Bandung, UNAS, UMJ, UNJ, Jayabaya, Univ. Brobudur, ITB, IPB, dll), bahkan
mereka bisa bekerja di berbagai perusahaan ternama. Salah satu contoh yang
paling dekat dengan kita adalah Rektor IAIN-Sunan Ampel (Kh. Abdul A’la) periode sekarang, beliau adalah salah satu keturunan
kiai di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Latee di Sumenep Madura, dimana
beliau mengenyam pendidikan di Pesantren sejak kecil.
Tidak berhenti
di situ, beberapa tahun terahir banyak sekali bermunculan berbagai organisasi
yang berbasis kepesantrenan, misalnya: Ikatan Alumni Annuqayah Surabaya (IAA
Surabaya), Ikatan Alumni Annuqayah Jogjakarta (IAA Jogjakarta), Ikatan Alumni
Annuqayah Jabodetabek-Banten (IAA Jabodetabek-Banten), Forum Komunikasi Santri
Banyuanyar Jakarta (FKSM Jakarta), dan Ikatan Mahasiswa Bata-bata Jakarta
(IMABA Jakarta) yang mana mempunyai andil yang cukup signifikan dalam program
kerja mereka terhadap kemajuan bangsa ini pada umumnya.
Dalam dunia Perbankan
Syari’ah mislanya kita mengenal yang namanya DPS (Dewan Pengawas Syari’ah) yang
mana berfungsi untuk mengontrol dan menjaga kerja dan kinerja Perbankan
Syari’ah agar terhindar dari transaksi-transaksi yang dilarang oleh Agama Islam
yang berimplikasi pada hasil yang halal dan dominan dari perusahan tersebut. Begitupun
dengan Asuransi Syari’ah, Lembaga Keuangan Non-Bank, Sukuk (saham syari’ah),
BMT, dan BPRS yang menggunakan jasa DPS, yang mana ini diatur oleh DSN-MUI
(Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama Indonesia).
Dengan demikian
peluang mereka (siswa/i dan mahasiswa/i) yang pernah belajar di pesantren
sangat besar sekarang, karena dalam dunia Perbankan, Asuransi, Lembaga Keuangan
Non-bank, Bursa Saham, dan institusi-instistusi yang berkaitan dengan keislaman
lain (Kementrian Agama, KUA, MUI, dll) saat ini membutuhkan orang-orang yang
mempunyai skill atau pengetahuan dalam bidang hukum (hukum islam) untuk diserap
ke dalam institusi-institusi tersebut. Artinya, jawaban yang paling pas untuk
mengisi sektor-sektor tersbut adalah siswa dan mahasiswa yang pernah mengenyam
pendidikan di Pesantren, karena siswa dan mahasiswa yang tidak pernah mengenyam
pendidikan Pesantren kurang pas dan bahkan tidak akan mampu untuk bekerja di
lembaga-lembaga tersebut, itu disebabkan tidak adanya basic ilmu pengetahuan
agama yang mendalam.
Dengan demikian berdasarkan
fakta-fakta yang saya paparkan di atas terkait dengan stigma-stigma jelek
tentang Pesantren bisa terhapuskan dengan sendirinya, karena Pesantren merupakan
tempat yang paling ideal dan komplit dalam mencari ilmu, baik ilmu agama maupun
ilmu umum. Disamping itu kita juga di ajarkan tentang berbagai kecerdasan IQ,
EQ, dan SQ yang tidak bisa di dapatkan di dunia selain Pesantren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar